GAS BATUBARA|GASIFIKASI BATUBARA
Gasifikasi batubara adalah suatu teknologi proses yang
mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi fuel gas yang kaya
akan CO dan H2dalam suatu reaktor, dengan atau tanpa menggunakan pereaksi
berupa udara, campuran udara/uap air atau campuran oksigen/uap air). Berbeda
dengan pembakaran batubara, gasifikasi adalah proses pemecahan rantai karbon
batubara ke bentuk unsur atau senyawa kimia lain. Secara sederhana, batubara
dimasukkan ke dalam reaktor dan sedikit dibakar hingga menghasilkan panas. Sejumlah
udara atau oksigen dipompakan dan pembakaran dikontrol dengan uap agar sebagian
besar batubara terpanaskan hingga molekul-molekul karbon pada batubara terpecah
dan dirubah menjadi ”coal gas”. Coal Gas merupakan campuran gas-gas hidrogen,
karbon monoksida, nitrogen serta unsur gas lainnya. Gasifikasi batubara
merupakan teknologi terbaik serta paling bersih dalam mengkonversi batubara
menjadi gas-gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.
Pemanfaatan gasifikasi batubara untuk PLTD dilakukan
karena banyaknya unit PLTD milik PT PLN yang masih menggunakan solar.
Teknologi IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle)
merupakan salah satu teknologi batubara bersih yang sekarang di kembangkan.
Istilah IGCC ini merupakan istilah yang paling banyak digunakan untuk
menyatakan daur kombinasi gasifikasi batubara terintegrasi. Meskipun demikian
masih ada beberapa istilah yang digunakan yaitu ICGCC (Integrated Coal
Gasification Combined Cycle) dan CGCC (Coal Gasification Combined Cycle) yang
sama artinya. Dalam makalah ini untuk selanjutnya akan digunakan istilah IGCC.
Komponen utama dalam riset IGCC adalah pengembangan teknik gasifikasi batubara
.
Baca juga: Pemadam Api Batubara
Proses gasifikasi ini melalui beberapa proses kimia
dalam reaktor gasifikasi (gasifier). Mula-mula batubara yang sudah diproses
secara fisis yaitu batubara yang telah dihancurkan dalam ukuran + 20 mm – 100
mm diumpankan ke dalam reaktor dan akan mengalami proses pembakaran yang
dikontrol oleh steam dan angin sehingga tidak terbentuk api tetapi bara.
Kecuali bahan pengotor, batubara bersama-sama dengan oksigen dikonversikan
menjadi hidrogen, karbon monoksida, methana, CO2, H2, N2.
IGCC merupakan perpaduan teknologi gasifikasi batubara
dan proses pembangkitan uap. Gas hasil gasifikasi batubara mengalami proses
pembersihan sulfur dan nitrogen. Sulfur yang masih dalam bentuk H2S dan
nitrogen dalam bentuk NH3 lebih mudah dibersihkan sebelum dibakar dari pada
sudah dalam bentuk oksida dalam gas buang.
Kemudian gas yang sudah bersih ini dibakar di ruang bakar dan kemudian gas hasil pembakaran disalurkan ke dalam turbin gas untuk menggerakkan generator. Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan dengan menggunakan HRSG (Heat Recovery Steam Generator) untuk membangkitkan uap. Uap dari HRSG (setelah turbin gas) digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang akan menggerakkan generator.
Kemudian gas yang sudah bersih ini dibakar di ruang bakar dan kemudian gas hasil pembakaran disalurkan ke dalam turbin gas untuk menggerakkan generator. Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan dengan menggunakan HRSG (Heat Recovery Steam Generator) untuk membangkitkan uap. Uap dari HRSG (setelah turbin gas) digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang akan menggerakkan generator.
Teknologi IGCC ini mempunyai kelebihan yaitu dalam hal
bahan bakar : tidak ada pembatas untuk tipe, ukuran dan kandungan abu dari
batubara yang digunakan. Dalam hal lingkungan : emisi SO2, NOX, CO2 serta debu
dapat dikurangi tanpa penambahan peralatan tambahan seperti de-SOX dan de-NOX
dan juga limbah cair serta luas tanah yang dibutuhkan juga berkurang. Disamping
itu pembangkit listrik IGCC mempunyai produk sampingan yang merupakan komoditi
yang mempunyai nilai jual seperti : sulfur, tar (light oil).
Efisiensi pembangkit listrik dengan menggunakan
teknologi IGCC ini berkisar antara 38 - 45 % dan yang lebih tinggi 5 - 10 %
dibandingkan PLTU batubara konvensional. Hal ini dimungkinkan dengan adanya
proses gasifikasi sehingga energi yang terkandung dalam batubara dapat
digunakan secara efektif dan digunakannya HRSG untuk membentuk suatu daur
kombinasi antara turbin gas dan turbin uap.
Penggunaan IGCC sangat menguntungkan karena pada
pembangkit konvensional memerlukan sistem scrubbing gas yang besar untuk
membersihkan sulphur pada gas buang. Sebagian besar proses gasifikasi memerlukan
batubara relatif kering yaitu kurang dari 15% kelembaban. Jika kelembaban
tinggi, efisiensi akan rendah. Sehingga perlu untuk mengeringkan batubara dan
mengumpankan kedalam gasifikator dalam butiran dengan ukuran + 20 mm – 100 mm.
Coal gasifier tidak mengeluarkan polutan hingga ramah
lingkungan. Instalasi peralatan tidak membutuhkan ruang yang luas, penggunaan
air sebagai pendingin terbatas, dan biaya operasional dalam jangka panjang akan
rendah.
Coal gasifier sangat cocok untuk industri / pabrik skala menengah hingga besar yang memiliki ruang terbatas serta dekat dengan pemukiman.
Coal gasifier sangat cocok untuk industri / pabrik skala menengah hingga besar yang memiliki ruang terbatas serta dekat dengan pemukiman.
Kecuali menghasilkan coal gas, mineral pada batubara
yang tidak terbakar akan tertampung dibagian bawah reaktor sebagai slag serta
material padatan lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
Hanya sebagian kecil fraksi mineral yang ikut terbakar dan membentuk debu yang akan dipisahkan dengan dust cyclone. Sulfur pada batubara yang terkonversi menjadi H2S akan diekstrak menjadi belerang murni yang bernilai jual tinggi. Tar yang merupakan by-product dari pemutusan rantai karbon akan dipisahkan menggunakan electric tar separator dan dapat dimanfaatkan sebagai minyak bakar.
Hanya sebagian kecil fraksi mineral yang ikut terbakar dan membentuk debu yang akan dipisahkan dengan dust cyclone. Sulfur pada batubara yang terkonversi menjadi H2S akan diekstrak menjadi belerang murni yang bernilai jual tinggi. Tar yang merupakan by-product dari pemutusan rantai karbon akan dipisahkan menggunakan electric tar separator dan dapat dimanfaatkan sebagai minyak bakar.
GAS BATUBARA|GASIFIKASI BATUBARA
Gasifikasi umumnya terdiri dari empat proses, yaitu
pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan reduksi. Pada proses gasifikasi ada suatu
proses juga yang tidak kalah pentingnya adalah proses desulfurisasi yang mana
sebagai penghilang hidrogen sulfurisasi yang merupakan gas beracun. Pada
gasifier jenis tipe gasifikasi unggun tetap (fixed bed gasification), kontak
yang terjadi saat pencampuran antara gas dan padatan sangat kuat sehingga
perbedaan zona pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan reduksi tidak dapat
dibedakan. Salah satu cara untuk mengetahui proses yang berlangsung pada
gasifier jenis ini adalah dengan mengetahui rentang temperatur masing-masing
proses, yaitu:
• Pengeringan: T > 150 °C
• Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 550 °C •
Oksidasi: 70 < T < 550 °C • Reduksi: 50 < T < 120 °C Proses
pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik),
sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).
Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang diserap dari proses oksidasi. Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi.
Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik.
Penjelasan lebih lanjut mengenai proses-proses tersebut disampaikan pada uraian berikut ini. 5.1. Proses Gasifikasi 5.1. 1. Pirolisis. Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai secara lambat pada T < 100 °C dan terjadi secara cepat pada T > 200 °C.
Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, seperti volatile matters pada batubara, pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya.
Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolisis beserta produknya adalah:
Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang diserap dari proses oksidasi. Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi.
Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik.
Penjelasan lebih lanjut mengenai proses-proses tersebut disampaikan pada uraian berikut ini. 5.1. Proses Gasifikasi 5.1. 1. Pirolisis. Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai secara lambat pada T < 100 °C dan terjadi secara cepat pada T > 200 °C.
Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, seperti volatile matters pada batubara, pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya.
Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolisis beserta produknya adalah:
5.1.2. Oksidasi
Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi
terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh
energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke
dalam gasifier bereaksi dengan substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi
tersebut adalah CO2 dan H2O yang secara berurutan direduksi ketika kontak
dengan arang yang diproduksi pada pirolisis.
Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran adalah:
Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran adalah:
C + O2 CO2 + 393.77 kJ/mol karbon
Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi
hidrogen yang terkandung dalam bahan bakar. Reaksi yang terjadi adalah:
H2 + ½ O2 H2O + 742 kJ/mol H2
5.1.3. Reduksi (Gasifikasi)
Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian
reaksi endotermik yang disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi
pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses ini adalah gas bakar, seperti
H2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini merupakan empat reaksi yang umum telibat
pada gasifikasi.
• Water-gas reaction
Water-gas reaction merupakan reaksi oksidasi parsial
karbon oleh steam yang dapat berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil
pirolisis) maupun dari sumber yang berbeda, seperti uap air yang dicampur
dengan udara dan uap yang diproduksi dari penguapan air. Reaksi yang terjadi
pada water-gas reaction adalah:
C + H2O H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol karbon
Pada beberapa gasifier, steam dipasok sebagai medium
penggasifikasi dengan atau tanpa udara/oksigen.
• Boudouard reaction
Boudouard reaction merupakan reaksi antara
karbondioksida yang terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan
CO. Reaksi yang terjadi pada Boudouard reaction adalah:
CO2 + C 2CO – 172.58 kJ/mol karbon
• Shift conversion
Shift conversion merupakan reaksi reduksi
karbonmonoksida oleh steam untuk memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal
sebagai water-gas shift yang menghasilkan peningkatan perbandingan hidrogen
terhadap karbonmonoksida pada gas produser. Reaksi ini digunakan pada pembuatan
gas CO. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO + H2O CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol
• Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan gas metan.
Reaksi yang terjadi pada methanation adalah:
C + 2H2 CH4 + 74.90 kJ/mol karbon
Pembentukan metan dipilih terutama ketika produk
gasifikasi akan digunakan sebagai bahan baku indsutri kimia. Reaksi ini juga
dipilih pada aplikasi I
GCC (Integrated Gasification Combined-Cycle) yang mengacu pada nilai kalor metan yang tinggi.
GCC (Integrated Gasification Combined-Cycle) yang mengacu pada nilai kalor metan yang tinggi.
5.2.Proses Desulfurisasi
5.2.1. Signifikansi Desulfurisasi
Sulfur dalam gasifikator terdiri dari abio-sulfur dan
sulfur organik, dimana hidrogen sulfurisasi (H2S) merupakan bagian yang
dominan. Desulfurisasi gas batubara adalah untuk menghilangkan hidrogen
sulfurisasi yang merupakan gas beracun. Gas batubara mengandung gas caustic
seperti H2S, CO2 yang cenderung mengikis dan merusak peralatan bersama-sama
dengan air (H2O) dan menyebabkan kebocoran gas batubara, menimbulkan pencemaran
di atmosfir atau bahkan menimbulkan ledakan yang merusak lingkungan dan melukai
pekerja. Karena itu, desulfurisasi sangat penting artinya.
5.2.2. Deskripsi Proses Desulfurisasi
Gas batubara mengandung H2S masuk ke menara
desulfurisasi melalui dasar dan di dalam lapisan paking bereaksi dengan cairan
tandus desulfurisasi yang disemprotkan dari puncak menara, yang menyerap H2S.
Gas hasil pemurnian dilepaskan dari puncak menara dan membuang air melalui alat
penangkap tetesan, dan kemudian dikirim ke perbengkelan untuk digunakan. Cairan
yang disemprotkan dari puncak yang menyerap hidrogen sulfurisasi mengalir ke
dalam saluran air yang kaya cairan melalui pompa regeneratif untuk memisahkan
sulfur dan dikirim ke saluran air semburan dan reneneratif untuk bereaksi
dengan udara. Setelah cairan teroksidasi dan mengalami regenerasi, cairan
mengalir ke dalam saluran air dengan cairan gundul melalui alat pengatur posisi
cairan dan digerakkan ke menara desulfurisasi melalui pompa desulfurisasi, yang
melanjutkan proses desulfurisasi. Dalam waktu yang bersamaan, busa sulfur yang
dihasilkan pada saluran air semburan dan regenatif disaring dan cream sulfur
dihasilkan.
5.2.3. Prinsip Reaksi Pada Proses Desulfurisasi
Bahan gas berkontak dengan counter cairan
desulfurisasi, H2S bereaksi dengan cairan Na2CO3 dan terserap.
H2S + Na2CO3 = NaHS + NaHCO3
Dalam saluran air reaksi, HS teroksidasi menjadi
substansi sulfur sederhana oleh ion logam berharga tinggi.
NaHS + NaHCO3 + 2 NaVO3 = S + Na2v2o3 + H2O
Dalam saat itu, ion logam berharga rendah yang
dihasilkan segera dioksidasi substansi quinone menjadi ion logam berharga
tinggi.
Na2V2O3 + Q Na2CO3 + H2O 2NaVO3 + HQ
Pada saluran air pancar dan regeneratif, substansi
phenol teroksidasi menjadi substansi oleh udara.
2HQ + I / 2O2 = 2Q + H2O
Proses reaksi terus berlangsung, dan karenanya gas
terdesulfurisasi dan termurnikan.
Di Indonesia sendiri, sudah dibangun pilot plant gasifikasi batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) sistem bifuel yaitu campuran gas batubara dan solar. Pilot plant ini dibangun atas kerjasama
antara Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara dengan PT PLN (Persero) dan PT
Coal Gas Indonesia. Bila pilot plant
ini berhasil maka dapat mengurangi penggunaan BBM (solar) oleh PLTD milik PT
PLN sehingga dapat menekan biaya produksi listrik sekaligus mengurangi beban
subsidi pemerintah. Disamping itu juga akan meningkatkan nilai tambah batubara,
menambah devisa negara dan membuka lapangan kerja.
Proses–proses gasifikasi
diatas, rata-rata menggunakan temperatur dan atau tekanan tinggi sehingga
memerlukan kebutuhan energi panas yang sangat besar pula. Sehingga perkembangan
penelitian dalam bidang gasifikasi masih terus dilakukan untuk menurunkan
temperatur reaksi dan hasil gasifikasi yang lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar